Sabtu, 16 Februari 2013

HABIBIE DAN AINUN
Ibu Ainun Habibie, pendamping setia mantan Presiden ke 3 BJ. Habibie, telah berpulang untuk selamanya menghadap sang Pencipta. Almarhumah meninggal  di Jerman.karena mengidap penyakit kanker usus. Berbagai upaya medis telah dilakukan selama ini melalui operasi canggih. Semuanya tak mampu menghentikan kanker ganas yang diidapnya. Jenazah dibawa pulang ke Tanah Air dan karena jasa-jasanya beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata kemarin, Selasa, 25 Mei 2010. Hampir semua media nasional, cetak dan elektronik, meliput peristiwa kepergian perempuan dokter itu untuk selamanya. Atas nama pemerintah dan masyarakat Indonesia, Presiden SBY menyampaikan duka cita yang mendalam dan bertindak selaku Inspektur Upacara pemakaman almarhumah.

Nama Ainun Habibie, begitu panggilan akrabnya, tentu tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Sebab, beliau pernah menjadi ibu negara mendampingi Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie sebagai presiden RI ke 3 menggantikan Pak Harto setelah  32 tahun berkuasa yang berakhir pada 21 Mei 1998. Status sebagai ibu negara memang tidak lama, karena pemerintahan BJ. Habibie memang  berlangsung pendek. Sejarah mencatatanya sebagai era transisi, dari pemerintahan otoriter ke Orde Baru ke era demokratis. Namun demikian, walau tidak lama, banyak peran --- terutama sosial dan kemanusiaan yang telah dilakukan oleh mantan ibu negara itu, seperti menjadi Ketua Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI), Wakil Ketua Dewan Pendiri Yayasan SDM IPTEK,  Pendiri Yayasan Orbit  yang punya cabang di seluruh Indonesia. Semasa gejolak di Aceh antara GAM dan pemerintah Indonesia, Ibu Ainun Habibie juga terlibat kegiatan sosial dengan memberikan beasiswa kepada anak-anak Aceh. Semua merupakan bukti walau tidak lagi menjadi istri pejabat negara, almarhumah tetap menjalankan tugas-tugas kemasyarakatan dan kemanusiaan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Ibu Ainun Habibie telah menjadi pendamping setia BJ. Habibie di masa enak dan sulit. Publik mengetahui BJ. Habibie menjadi presiden menggantikan Pak Harto dalam masa yang amat sangat sulit. Dianggap sebagai kepanjangan tangan rejim Soeharto, Presiden BJ. Habibie menghadapi tantangan yang sungguh luar biasa sulitnya. Legitimasi politiknya dianggap cacat. Karena itu, apapun yang dilakukan BJ. Habibie selalu memperoleh tanggapan negatif dari lawan-lawan politiknya. Puncaknya, pidato pertanggungjawaban BJ. Habibie ditolak MPR, sehingga BJ. Habibie tidak mengajukan pencalonan sebagai presiden. Saat itu caci maki dan hujatan bertubi-tubi ke BJ. Habibie ditanggapinya dengan tenang seolah tidak apa-apa. Ibu Ainun Habibie meghadapinya dengan tegar dan tetap mendampingi BJ. Habibie seperti biasa.
Ibu Ainun adalah sosok berkarakter. Menurut pengakukan anak-anaknya, almarhumah adalah ibu yang penyabar, tidak pernah bicara keras dan kasar, tetapi punya prisip. Prinsip kejujuran dan pola hidup sederhana merupakan dua kata kunci yang selalu ditanamkan kepada anak-anak dan keluarganya. Almarhumah adalah sosok yang tidak suka menonjolkan diri, walau sebenarnya ruang untuk itu tersedia dan tak terbatas. Sebagai seorang dokter, beliau sangat disiplin membagi waktu dan mengonsumsi makanan, termasuk untuk suaminya, BJ. Habibie.